Minggu, 23 Januari 2011

Filsafat Islam Modern

ALIRAN FILSAFAT ISLAM KONTEMPORER
Kalau kita sepakat bahwa obyek kajian filsafat adalah untuk
mengetahui realitas atau hakikat segala sesuatu maka pertama-tama
kita harus membedakan terlebih dahulu paradigma filsafat Barat dan
paradigma filsafat Islam.
Dalam filsafat Barat (baca: modern) realitas obyektif adalah dunia
materi, fisikal, atau lahiriah. Realitas adalah segala sesuatu yang
hanya dapat ditangkap melalui metode ilmiah. Hampir-hampir mereka
menganggap bahwa dunia ini tidak memiliki dimensi transendental. Kita
tidak akan mendapati konsepsi yg jelas dari filsafat barat mengenai
realitas spiritual.Oleh sebab itu aliran yang berpengaruh kuat dalam
filsafat barat adalah materialisme, empirisme,atau positivisme yang
selanjutnya menjadi fundamen ilmu sains.
Meski demikian ada aliran yang kurang lebih mengandung gagasan
tentang realitas spiritual seperti dalam idealisme atau
eksistensialisme. Namun itu hanya berakar dari gagasan rasional
semata yang senantiasa mereka tempatkan di dalam dunia ide. Bagi
mereka dunia ide ini tidak nyata.
Sebaliknya, dalam Islam –sebagaimana diadopsi dari Plato– dunia Ide
ini adalah dunia nyata. Dunia nyata adalah alam haqiqah, dunia
obyektif yang sesungguhnya.
Realitas dalam konteks pengetahuan Islam tidak terbatas pada relitas
empirik saja (inderawi), tetapi juga realitas ide tersebut yang
sering disebut sebagai realitas spiritual. Oleh sebab itu aliran
filsafat dalam Islam juga banyak beririsan dengan aliran mistik
(sufisme).
Wahyu Islam memandang bahwa manusia telah dianugerahi fakultas-
fakultas untuk mengenali alam dan bentuk-bentuk kesadaran untuk
mengetahui realitas di sekitarnya.Oleh sebab itu di dalam filsafat
Islam tidak hanya diakui dunia empiris yang bisa dicerap indera,
tetapi juga pengetahuan rasional hasil dari spekulasi akal, dan
pengetahuan intuitif yang berasal dari cerapan qalbu.
Saya setuju dengan kategorisasi yang dilakukan oleh Murtadha Muthari
(1993) yang membagi empat metode pemikiran (baca: metode filsafat;
yang selanjutnya bisa disebut sebagai aliran filsafat) yang masing-
masing memiliki karakter khusus di bawah pengaruh ajaran Islam, yaitu:
a. Paripatetism (Masyaiyah)
Mengandalkan deduksi, logika, dan spekulasi rasional. Mengadopsi
gagasan filsafat yunani yang secara tidak langsung mensintesakan
ajaran Aristoteles dan Plato. Tokoh-tokohnya seperti Al-Kindi, Al-
Farabi, Ibn Sina (periode awal), Ibn Rusyd, dll
b. Kalam
Mengandalkan deduksi rasional dan logika yang didasarkan atas teks-
teks atau postulat-posutlat wahyu. Mereka yang tidak pernah menggap
pendekatannya sebagai pendekatan filsafat ini melahirkan tiga aliran
besar teologi Islam: Mu’tazilah, Asy’ariyah dan (silahkan sepakat
atau tidak:) Syi’ah.
c. Irfan (atau ma’rifah)
Mengandalkan intuisi mistik, melalui metode penyucian bathin. Aliran
ini merupakan mainstream utama dalam aliran sufisme, tokoh-tokohnya
seperti: Al-Hallaj, Abu yazid Bustami, Syibli, dan lain-lain.
d. Iluminasi (isyraqi)
Menggabungkan seluruh metode dengan memberdayakan keseluruhan potensi
laten manusia baik itu rasio, logika, intuisi, dll. Tokoh-tokoh
aliran ini misalnya Suhrawardi, Ibn Arabi, Mulla Sadhra, Iqbal, dll.

0 komentar:

Posting Komentar

 

E-Dakwahnet Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger